Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Khotbah 2 Korintus 4: 5

           Memberitakan Kebaikan dan Hikmat Tuhan

“Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2 Korintus 4:5)

Setiap manusia pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.  Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.

Di dalam diri seorang pelayan, karakter merupakan bagian yang penting di dalam menjalani kehidupan di dalam pelayanan. Dalam Renungan bulan Februari ini, Paulus di dalam suratnya ini menjelaskan bagaimana karakter seorang hamba Tuhan (pelayan Tuhan) dengan membuktikan bahwa pelayanan kerasulan mempunyai satu tujuan, yaitu bukan pelayanan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain, dan dengan demikian, untuk Kristus. Salah satu poin yang paling utama dalam karakter seorang pelayan ialah menjadikan Kristus sebagai yang nomor satuPaulus menjadikan Injil Kristus sebagai pusat pemberitaannya. Ia memberitakan penyaliban Kristus dan kebangkitan Kristus. Tidak pernah terlintas di dalam pikirannya untuk memberitakan tentang dirinya sendiri.

Surat Paulus ini berusaha menjawab permasalahan yang terjadi di Korintus. Ketika itu terjadi pertikaian antara Paulus dan golongan orang yang memfitnahnya. Mereka adalah rasul-rasul palsu. Akan tetapi, lawannya justru mengklaim Paulus sebagai rasul palsu sehingga kewenangannya sebagai rasul diragukan. Berdasarkan hal itu, Paulus ingin membenarkan dirinya dari tuduhan yang sudah dikenakan pada dirinya, sekaligus menjelaskan bahwa ia adalah rasul yang sebenarnya dan bukan rasul palsu seperti yang mereka tuduhkan. Inilah kesaksian pribadi Paulus, reaksinya yang begitu menyala jika ia tidak dipercaya dan dipersalahkan. Paulus menekankan nilai penderitaan sebagai kesaksian pada kebenaran Injil, kekuatan Allah. Karena kuatnya kesaksian ini, penderitaan diubah dari sesuatu yang jahat menjadi kesaksian yang paling hebat dari iman. Paulus menggambarkan penderitaannya sebagai bukti tidak terbantah dari panggilannya sebagai rasul, dari kewibawaanya untuk membuat segala sesuatu tunduk kepada Allah dalam Kristus, dari perutusannya untuk membagikan pelayanan rekonsiliasi dengan orang lain. Surat ini juga mencatat ungkapan syukur Paulus karena segala sesuatu yang sudah dibenarkan, dan bahwa Tuhan selalu menghiburnya ketika mengalami masa-masa sulit, hal ini disampaikan untuk menghibur jemaat Korintus yang juga sedang mengalami masa-masa sulit (pasal 1-7).

Paulus adalah seorang rasul yang selalu menyatakan tentang kebenaran mengenai siapa dia dan bagaimana pelayanannya. Sejak menyerahkan diri untuk melayani Tuhan, masalah justru terus datang menghampirinya. Ketika melayani jemaat di Korintus, ia pun tidak bebas dari masalah. Jemaat Korintus terkenal dengan reputasinya yang buruk. Banyak hal yang terjadi dalam jemaat ini, telah menyakitkan hati Allah dan Paulus. Misalnya perpecahan, juga tindakan tidak bermoral. Walaupun demikian yang terjadi di dalam kehidupannya, Ia tetap setia memegang komitmen pelayanannya. Inilah inti karakter pelayanan kristiani sejati yang harus dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan; di mana pun dan dalam peran apa pun. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal; namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus nyata dalam tubuh kami" (ayat 8-10). Paulus mempertahankan kejujurannya ketika diserang orang-orang Korintus.

Karakter yang dimiliki Paulus terbentuk karena dia memahami bahwa Allah yang memilihnya, dan ia yakin bahwa segala sesuatu yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan, pasti Tuhan akan menyertainya. Oleh karena itu, apapun tuduhan yang sampai kepada dirinya dia akan menjawabnya berdasarkan pemahaman akan panggilannya yang dipilih oleh Yesus Kristus. Ia sadar bahwa pelayanan pemberitaan Kristus begitu mulia (2 Kor. 3:17-15). Maka menjadi pelayan Injil merupakan kehormatan yang berasal dari kemurahan Allah semata. "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus". Selalu ia katakan: Saya menaruh Tuhan Yesus Kristus sebagai pusat, bukan diri saya. Kalau kita melihat, Paulus meyakinkan jemaat Korintus mengenai siapa dia bahwa ia bukan rasul palsu dan apa yang diberitakan di dalam pelayanannya bukanlah pemberitaan tentang dirinya, tidak seperti rasul-rasul palsu yang memberitakan tentang diri mereka untuk mencari hormat. Paulus tidak menyombongkan dirinya dengan memberitakan siapa dirinya dan membangga-banggakan apa yang telah ia lakukan.

Di dalam kehidupan pelayananan seorang hamba Tuhan, ada juga kesalahan dalam pelayanan karena menempatkan diri kita bukan Kristus, sebagai pusat pemberitaan. Akibatnya jelas, kita selalu mau menjadi perhatian, menjadi ukuran, menjadi ideal. Kebaikan kita yang selalu kita kumandangkan kepada setiap orang, sehingga kebaikan Yesus pun luput dari pemberitaan. Tatkala orang lain tak mau melihat kita sebagai pusat, kita langsung menetapkan permusuhan dengannya. Pemberitaan firman adalah menceritakan kepada orang lain apa yang kita ketahui mengenai Yesus. Tidak ada tipu muslihat. Tidak ada penipuan. Katakan kebenaran, kebenaran yang sesungguhnya, bukan yang lain, hanya kebenaran-dengan kasih. Lalu serahkan hasilnya kepada Allah. Jangan mencari keuntungan dari pelayanan, dengan mencuri kemuliaan Allah. Paulus mengatakan dalam 2 Kor. 2: 17 “Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya”. Perhatian Paulus bukan dipusatkan pada upaya untuk membuat orang mengaguminya, tapi pada kesetiaan melayani agar Kristus dinyatakan dengan terang Ia yang pernah berjumpa dengan terang kemuliaan Kristus di jalan menuju Damaskus, terus berharap bahwa melalui pelayanannya orang kembali berjumpa terang Kristus itu. Bicarakanlah apa adanya sesuai dengan perintah Allah. Bicarakanlah, beritakanlah kebaikan dan hikmat Tuhan.

Ketika Paulus menekankan nilai kesetiaan dalam konteks tugas para pemimpin rohani, dia sebenarnya sedang menyinggung konsep jemaat Korintus yang salah. Bagi mereka, seorang pemberita injil dinilai dari kefasihan bicara maupun kepandaian yang mereka miliki. Bagi Paulus, keberhasilan pemberita injil dinilai dari kesetiaannya terhadap injil itu sendiri. Sebagian jemaat yang mencoba menggantikan injil dengan hikmat dunia tentu saja tidak bisa disebut sebagai pelayan yang dapat dipercaya. Seorang pelayan Tuhan harus memberitakan hikmat Tuhan bukan hikmat yang berasal dari dunia.

            Memang tidak semua orang dapat menerima apa yang kita beritakan tentang kebaikan dan hikmat Yesus, sama seperti apa yang dirasakan Paulus. Injil keselamatan yang disampaikan Paulus tidak selalu mendapat sambutan, karena hati sebagian pendengarnya dibekukan oleh ilah zaman (ayat 4). Cengkeraman Iblis makin kuat dan dalam, sebab orang itu tak mau percaya pada Injil. Dalam zaman kemajuan ini banyak hati yang dibekukan oleh kesenangan dunia, kekayaan, persaingan bisnis, kekuasaan dan lain-lain. Hanya terang Kristuslah yang mampu menembus hati yang demikian sampai relung terdalam. Oleh karena itu kebaikan Kristus, harus senantiasa kita beritakan, agar semakin banhyak orang yang merasakan betapa besar kasih Yesus bagi dunia ini. Kebaikannya yang sungguh tiada tara yaitu dengan mati di kayu salib sebagai korban tebusan manusia yang berdosa.

            Sebagai orang yang percaya dan telah menerima kebaikan Yesus Kristus harus senantiasa bersyukur, seperti pemazmur mengatakan “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Maz. 107:1). Marilah kita merenung sebagai orang yang telah dipanggil Tuhan untuk memberitakan kebaikan dan hikmat-Nya bagi dunia. Tuga yang diberikan Allah bagi kita, baiklah kita menerimanya sebagai anugerah. Lakukan dengan hati yang murni hanya demi kemuliaan nama Tuhan. Itulah karakter seorang kristiani yang sejati. Amin.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            


Pdt. Erik Sunando Sirait
Pdt. Erik Sunando Sirait Anak Pertama dari 7 bersaudara, ibu yang melahirkan boru Simalango (Parna), Istri Lilis Suganda Lumban Gaol dan sudah dikaruniakan 3 Putri yang cantik Sheena Syelomitha Sirait Serefina Faith Sirait Shiloh Hope Sirait

Post a Comment for "Khotbah 2 Korintus 4: 5"